DR tetap menjadi tantangan bagi para profesional dalam hal penyimpanan data. Karena, tidak seperti banyak area lain di luar IT, DR menjadi semakin kompleks dan sulit untuk ditangani dalam beberapa tahun terakhir.
Pertama, definisi “disaster” makin meluas hingga hampir mencakup semua layanan. Kedua, penyebab disaster sangat banyak. Ada bencana alam seperti gempa bumi, banjir, angin topan dan ada bencana buatan manusia seperti serangan dunia maya, ransomware, kesalahan di pihak pelanggan yang tidak disengaja atau sabotase perusahaan. Ketiga, jumlah data yang harus kita pertimbangkan jika terjadi bencana telah tumbuh secara eksponensial. Dan, keempat, meningkatnya harapan pelanggan untuk pemulihan sistem secara cepat. Saat ini, pelanggan mengharapkan gangguan seminimal mungkin atau tanpa gangguan sama sekali dalam aplikasi utama mereka.
Sementara itu, masalah mendasar yang dihadapi adalah, sebagian besar organisasi mempunyai anggaran Disaster Recovyer yang stagnan. Akibatnya, banyak perusahaan dari yang terkecil sampai yang terbesar mencari cloud disaster recovery plan untuk menghilangkan masalah tersebut.
Backup, Backup, Archive, dan Disaster Recovery on cloud
Backup adalah penyalinan data yang bertujuan memiliki cadangan data untuk pemulihan jika terjadi kegagalan atau bencana. Sebagian besar organisasi menyimpan backup selama beberapa tahun (biasanya tiga hingga tujuh), sehingga mereka memanfaatkan cloud untuk backup seperti menyewa kapasitas untuk menyimpan cadangan setiap hari setidaknya selama jangka waktu tersebut. Dari segi biaya, ini bisa jadi efektif atau malah tidak efektif karena tergantung dari jumlah data yang perlu anda simpan.
Archive adalah retensi data dalam jangka panjang. Ini harus menjadi tempat di mana salinan data terakhir disimpan. Idealnya terbatas hanya dua salinan setiap bagian data di dua lokasi terpisah dan biasanya selalu terdiri dari dua format. Sebagian besar organisasi perlu menyimpan data archive setidaknya selama tujuh tahun, atau bisa juga berpotensi lebih lama. Bagi sebagian organisasi, menyimpan data selama beberapa dekade tidak akan efektif dalam segi biaya, sehingga cloud mungkin tidak terlalu cocok untuk data archive.
Recovery, khususnya Disaster recovery hampir selalu membutuhkan salinan data terbaru. Setiap data di luar kategori “data terbaru” harus berasal dari archive data, jika memungkinkan. Cloud adalah lokasi yang cocok untuk Disaster Recovery, karena hanya salinan data terbaru yang harus disimpan di sana, sebagian besar penyedia layanan cloud memungkinkan anda menggunakan sumber daya komputasi mereka saat terjadi disaster. Hal ini bisa menghemat biaya pemeliharaan server dan perangkat keras penyimpanan data di data center Disaster Recovery anda sendiri, tanpa terlalu banyak menambah biaya kapasitas backup disk. Akibatnya, Disaster Recovery berbasis cloud, atau layanan Disaster Recovery as a service (DRaaS),dengan cepat akan menjadi cara ideal untuk mengatasi tantangan Disaster Recovery.
Baca juga “Memilih Provider Cloud Backup”. Ketahui provider yang paling tepat untuk Anda.
Apakah Cloud-Base Disaster Recovery?
Pertama, mari kita perjelas, cloud bukanlah alat ajaib yang memecahkan semua masalah IT. Cloud berfungsi sebagai datacenter, sama seperti datacenter on premise. Namun Keuntungan penggunaan cloud dibanding on premise adalah cloud provider merupakan perusahaan yang hanya berfokus pada pemberian layanan IT dengan desain datacenter yang terbaik.
Daripada membeli produk dan layanan IT di awal, perusahaan biasanya menyewa secara berkala. Sifat penyewaan akan layanan IT ini membuat cloud sangat cocok untuk penggunaan sementara dan kurang cocok untuk kasus yang lebih permanen.
Mari kita lihat langkah-langkah yang harus anda ambil dan hal-hal yang harus anda pertimbangkan untuk mengembangkan cloud disaster recovery plan yang paling efektif untuk perusahaan Anda.
Langkah 1: Pindahkan Data ke Cloud – Replication to Cloud
Langkah pertama dalam membangun Disaster Recovery Plan di Cloud adalah mendapatkan data Anda dari provider anda. Untuk mengoptimalkan biaya ada baiknya anda menentukan berapa banyak data yang akan disimpan disana, dan akan lebih baik jika memprioritaskan pada salinan terbaru saja. Juga, ketika opsi perlindungan data cloud ada banyak, mereka biasanya dapat dipecah menjadi dua jenis: produk yang mem-backup data dan produk yang mereplikasi data. Perbedaan antara produk-produk tersebut adalah bagaimana data disimpan.
Sebagian besar produk backup cloud menyimpan data dalam format backup eksklusif. Jika terjadi bencana, data harus diekstrak dan dipindahkan ke dalam format yang dapat diakses oleh perusahaan dengan mesin virtual. Hampir semua produk replikasi mereplikasi data ke cloud, disimpan dalam format file sistem yang sama dengan file sistem asal, yang segera dapat diakses jika terjadi kegagalan situs utama. Pelanggan bahkan dapat memilih untuk memiliki data ini disimpan pada penyimpanan cloud berkinerja tinggi untuk membuat proses recovery berjalan lebih cepat.
Dengan backup atau replikasi, ada tantangan dari penyusunan data di awal. Dalam pembuatan baseline cloud, diperlukan waktu berjam-jam, berhari-hari atau bahkan berminggu-minggu untuk mentransmisikan data, dimana perlu dibandingkan dengan perangkat lunak cadangan atau replikasi. Untuk mempercepat prosesnya, beberapa vendor cloud mengirimkan NAS berkapasitas tinggi ke pelanggan. Kumpulan data dasar disalin ke atasnya dan kemudian NAS dikirim kembali. Idealnya, penyedia cloud akan menggunakan tape, yang lebih mudah untuk dikirim dan lebih hemat biaya untuk penyusunan data. Setelah data berada di cloud, pembaruan harian terhadap data tersebut biasanya terjadi dengan mudah, sementara teknologi seperti kompresi, deduplikasi, dan replikasi blok yang berubah secara signifikan mengurangi jumlah data yang harus dipindahkan ke seluruh jaringan.
Ada metode ketiga untuk memindahkan data ke cloud, yaitu menjalankan data produksi di cloud itu sendiri. Ini melibatkan penggunaan cache lokal sehingga aplikasi lokal tidak mengalami penundaan atau menggeser seluruh beban kerja ke cloud itu sendiri. Walaupun keuntungan operasional dengan menempatkan penyimpanan data primer dan penyimpanan data sekunder di cloud mungkin membutuhkan biaya lebih besar, pelanggan pun harus merasa nyaman dengan memindahkan semua data mereka ke cloud. Dan, meskipun metode ini juga menghilangkan transfer data langsung ke cloud, Anda harus memastikan vendor cloud Anda memberikan ketahanan data yang disimpannya.
Baca juga “RTO & RPO”. Ketahui parameter penting untuk memastikan DR berhasil memproteksi data Anda.
Langkah 2: Mendeklarasikan bencana ke cloud – Fail Over to Cloud
Setidaknya sekali dalam karir IT anda, bencana akan terjadi. Dan faktanya, definisi “bencana” telah berkembang dari hancurnya pusat data menjadi tidak tersedianya aplikasi penting. Jika suatu bencana diisolasi, yang berarti hanya berdampak pada satu beban kerja saja, maka kegagalan atas komputasi dan data ke penyedia cloud tidak diperlukan dan tidak diinginkan. Biasanya, beberapa perusahaan menginginkan pemulihan dilakukan secara on premise. Tetapi beberapa produk backup di cloud dapat memanfaatkan perangkat mereka di pusat data mereka tempat untuk menyimpan data aplikasi yang rusak dan untuk menjalankan virtual machine menjadi komputasi yang diperlukan untuk aplikasi anda.
Produk DRaaS berbasis replikasi harus disiapkan untuk memiliki penyimpanan lokal selain cloud. Dengan begitu, perusahaan dapat pulih secara lokal atau di cloud.
Untuk bencana yang lebih luas, di mana pusat data Anda menjadi tidak tersedia, diperlukan failover ke cloud. Di sini, langkah pertama setelah bencana adalah mengoperasikan aplikasi dengan prioritas tinggi di cloud, seperti DNS dan layanan direktori, kemudian semua server yang membuat aplikasi itu. Terakhir, sesuaikan konfigurasi jaringan sehingga pengguna yang masuk dapat mengakses aplikasi cloud-host dengan lancar.
Tentunya, menguji proses Disaster Recovery sebelum benar-benar terjadi bencana sangat penting untuk memastikan semua langkah ini bekerja, terutama dalam perubahan jaringan. Penting juga untuk memperhitungkan kondisi pengguna akhir ke dalam perubahan. Karena mungkin saja mereka tidak akan berada di kantor atau mungkin masuk dari koneksi jaringan pribadi secara virtual di kedai kopi atau rumah.
Langkah 3: Failback to Primary Site
Pada titik tertentu, Anda mungkin ingin meninggalkan cloud dan kembali ke operasi normal di pusat data anda. Dalam banyak kasus, Anda dapat memulihkan data dari cloud, meskipun agak lambat, sementara provider tetap memberikan layanan aplikasi anda. Setelah transfer data selesai, lakukan sinkronisasi data cepat dan kemudian beralih operasi kembali ke datacenter utama perusahaan Anda. Bergantung pada jumlah data yang akan ditransfer dan bandwidth yang tersedia, transfer ini dapat memakan waktu berhari-hari atau bahkan berminggu-minggu.
Penyedia DRaaS harus menawarkan kemampuan untuk mengirimkan data langsung ke datacenter baru pelanggan. Seperti yang disebutkan sebelumnya, ini dapat dilakukan melalui NAS atau tape ruggedised. Ini akan memungkinkan salinan baseline dibuat lebih cepat sementara aplikasi yang penting masih berjalan di cloud
Tantangan failback ini menggambarkan keuntungan lain dari kasus “aplikasi sudah ada di cloud”. Karena tidak ada data yang harus dipindahkan, Anda dapat memulai aplikasi di datacenter baru – dengan data cache secara lokal saat sistem mulai mengakses data di cloud. Hanya data aktif yang harus disalin on premise.
Kesimpulan
Dalam hal penyimpanan, cloud paling efektif dan hemat biaya untuk disaster recovery. Itu dikarenakan penyimpanan data untuk Disaster Recovery lebih rendah dalam kapasitas dibanding produk perlindungan data lainnya dan jarang diakses, dan cloud menyediakan akses ke komputasi yang dapat memanfaatkan data untuk memulai kembali aplikasi mission-critical secepatnya jika terjadi bencana. Sebuah cloud disaster recovery plan juga menghilangkan banyak biaya strategi Disaster Recovery bagi perusahaan, dimana anda hanya perlu membayar ketika menguji rencana Disaster Recovery Anda atau ketika bencana yang sebenarnya terjadi.
Untuk mengetahui layanan Disaster Recovery as a Service dari Datacomm Cloud Business, bisa diakses via link berikut : Disaster recovery
Berikut Video dari Layanan Disaster Recovery as a Service dari Datacomm Cloud Business
Untuk informasi lebih detail mengenai layanan Disaster Recovery kami, silahkan hubungi sales@datacommcloud.co.id
- Disaster Recovery Plan Sebagai Regulasi OJK untuk FinTechTerjadinya downtime dan serangan cyber pada FinTech dapat terjadi kapan saja dan di mana saja. Maka dari itu, sebagai badan regulator yang turut mengawasi industri FinTech di Indonesia, Otoritas Jasa …
- Disaster Recovery: Pengertian dan ManfaatBeberapa dari Anda mungkin masih berpikir bahwa bisnis yang Anda miliki belum membutuhkan Disaster Recovery. Hal ini mungkin karena Anda merasa bahwa potensi risiko pada bisnis Anda tidak begitu terlihat …
- Disaster Recovery Cookbook Secret Recipes Hybrid CloudDisaster recovery dan cook book merupakan dua subject yang berbeda. Disaster recovery sendiri merupakan suatu plan untuk mencadangkan data-data penting baik dari sisi IT hardware, system, aplikasi hingga database. Sedangkan …
- 4 Jenis Disaster Recovery PlanDisaster Recovery (DR) adalah bagian penting untuk menjaga keamanan data dan menjaga kelangsungan bisnis. Namun, dengan begitu banyak pilihan disaster recovery plan yang dapat diterapkan oleh bisnis di luar sana, …
- One Click Disaster RecoveryBencana yang dapat menimpa proses bisnis hampir tidak ada habisnya, mulai dari kebakaran, banjir, angin topan, gempa bumi hingga serangan hacker. Bencana tersebut merupakan sesuatu yang tidak bisa di prediksi …