Start Your Cloud Native Journey with Containerization

Datacomm Cloud Business kembali menyelenggarakan kegiatan seminar secara offline di Grha Datacomm. Seminar kali ini mengangkat tema “Start Your Cloud Native Journey with Containerization” dengan pembahasan utama mengenai cara memulai untuk mengadopsi teknologi cloud native pada enterprise. Kedua pembicara yang turut mengisi jalannya diskusi yaitu Sutedjo Tjahjadi selaku Managing Director dari Datacomm Cloud Business dan Sumitro Zhang sebagai Presales Manager dari Datacomm Cloud Business, diskusi di moderatori oleh Kevin Stevanus Irwanto sebagai Marketing Manager Datacomm Cloud Business.

Business Trend & Innovation
Diskusi dimulai dengan sebuah fenomena bahwa kondisi bisnis saat ini sudah sangat bergantung dengan software. Istilah “software is eating the world” menjadi hangat diperbincangkan. Sutedjo menegaskan bahwa bisnis saat ini telah berbeda dengan masa lalu. Beliau menambahkan jika sebelumnya apabila seorang ingin memulai suatu bisnis, maka langkah awal yang mungkin harus diperhatikan adalah lokasi. Namun saat ini lokasi atau tempat bukan lagi menjadi suatu hal krusial yang harus diperhatikan, Akan tetapi rencana penggunaan software dari itu sendiri. Hal itu disebabkan karena bisnis pada era ini telah berevolusi ke arah digital, dimana penggunaan software atau aplikasi memerankan faktor kunci bagi perkembangan dan ketahanan suatu bisnis di masa depan.

Adopsi Teknologi Cloud Native
Dikarenakan kecepatan perusahaan untuk menggunakan atau membuat software menentukan keberhasilan mereka, lalu pertanyaannya selanjutnya adalah bagaimana cara kita membuat software itu cepat dan agile? Jawabannya adalah dengan menggunakan suatu metodologi atau konsep yang bersifat agile yaitu dengan menggunakan cloud native. Dalam diskusi tersebut, Sumitro menjelaskan lebih lanjut bahwa cloud native sendiri dapat didefinisikan sebagai suatu konsep atau acuan yang dipakai untuk membuat aplikasi modern yang mempunyai karakteristik  scalable, elasticity, resiliency, and flexibility yang dapat dijalankan baik pada Cloud Public, Private, maupun Hybrid. Beliau juga menjelaskan lebih komprehensif mengenai perbedaan antara penggunaan teknologi cloud native dengan yang tradisional yaitu terletak pada tingkat efisiensi dan efektivitas yang dapat teknologi cloud native berikan dibandingkan dengan tradisional. Selain itu yang juga menjadi faktor pembeda lainnya yaitu pada teknologi cloud native ini sudah menggunakan framework DevOps, yaitu dengan mengintegrasikan antara para developers dengan IT operations. Yang juga harus diperhatikan bahwa proses software development ini dilakukan melalui tiga tahapan berbeda yaitu tahapan waterfall, agile, hingga DevOps. Tidak bisa dipungkiri bahwa teknologi cloud native ini bersifat jauh lebih agile. Jadi proses pengembangan aplikasi yang dibutuhkan pada suatu perusahaan menjadi lebih cepat sehingga bisnis dapat berjalan lebih optimal.

Lantas, bagaimana langkah memulai untuk mengadopsi teknologi cloud native ini? Sutedjo menjabarkan bahwa untuk mengadopsi penggunaan teknologi cloud native untuk software atau aplikasi yang akan kita kembangkan dianalogikan seperti bayi yang semula merangkak, berjalan, hingga mampu berlari. Segala proses tersebut dilakukan secara urut dan membutuhkan waktu serta environment yang mendukung. Lebih lanjut, beliau menjelaskan lebih rinci bahwa proses melakukan “journey” untuk mengadopsi teknologi cloud native tersebut dapat dirangkum menjadi 5 tahapan atau phase, antara lain:

  • Phase 1: Containerization and CI/CD
  • Phase 2: Orchestration and observability
  • Phase 3: Service proxy and service mesh
  • Phase 4: Distributed databases and storage
  • Phase 5: Messaging, serverless, and streaming

Pembahasan lebih detail difokuskan pada tahap pertama dan kedua proses adopsi teknologi cloud native. Beberapa konsep yang harus dipahami pada tahap pertama dan kedua adopsi teknologi cloud native ini adalah mengenai Containerization, CI/CD, dan Orchestration. Containerization sendiri merupakan suatu perangkat aplikasi yang mengandalkan isolasi virtual untuk menjalankan aplikasi dimana mampu menjalankan sistem operasi kernel secara simultan tanpa memerlukan mesin virtual (VMs). Keunggulan dari container ini dapat melakukan perubahan secara cepat, bisa melakukan sharing kemanapun, serta mampu dijalankan di Operating System mana saja, kemudian juga sangat ringan sehingga tidak perlu resource yang cukup banyak. Salah satu yang paling banyak diketahui dari container ini adalah Docker.

Kemudian untuk CI/CD—Continuous Integration/Continuous Delivery yang merupakan salah satu praktik DevOps yang digunakan untuk pengembangan perangkat lunak menjadi lebih terorganisir. Selanjutnya orchestration disebutkan sebagai suatu konfigurasi otomatis, koordinasi, dan manajemen sistem komputasi dan software. Dari berbagai konsep tersebut pada akhirnya diintegrasikan dalam suatu sistem secara keseluruhan melalui Kubernetes. Kubernetes sendiri didefinisikan sebagai suatu platform open-source yang portabel, dapat diperluas, untuk mengelola beban kerja dan layanan dalam container, yang memfasilitasi konfigurasi dan otomatisasi deklaratif. Beberapa kelebihan dari Kubernetes ini adalah platform tersebut mampu melakukan autoscaling, self-healing, serta penempatannya yang fleksibel.

Datacomm Cloud Business menyediakan layanan Kubernetes as a Service (KaaS) yang mampu membantu membuat perjalanan Cloud Native Anda lebih sederhana, lebih cepat, dan lebih percaya diri dengan membangun mesin klaster KaaS yang andal, aman, dan hemat biaya. Dapatkan informasi lebih lengkap mengenai KaaS melalui link berikut: https://datacommcloud.co.id/kubernetes/ atau hubungi team kami melalui email sales@datacommcloud.co.id dan WhatsApp +62877 0008 2888 (https://bit.ly/2saMzFx)

YouTube video

  • UU Perlindungan Data Pribadi dan Tantangan Security Fintech
    Tren ekonomi digital saat ini menjadi topik yang sering dibicarakan. Industri-industri keuangan mulai bermunculan menyajikan aplikasi-aplikasi digital untuk mempermudah kehidupan sehari-hari. Disisi lain kita harus siap memberikan data pribadi ke …
  • Membuat CI/CD Pipeline Pada Kubernetes
    Jika Anda adalah seorang pengembang aplikasi, Anda pasti menginginkan pembuatan aplikasi yang mudah dan menjangkau customer. Membuat CI/CD pipeline lazim dilakukan dalam pengembangan aplikasi sebagai penghubung antara pengembang dan operasional …
  • Menjawab Tantangan Fintech Indonesia
    Berkolaborasi dengan Asosiasi Fintech Indonesia atau AFTECH, Datacomm Cloud Business (DCB) sebagai salah satu unit divisi dari Datacomm Diangraha kembali menyelenggarakan seminar bertajuk “Answering Fintech Challenges with Cloud”. Mengutip dari …
  • Cloud Friday Dining
    Pada hari Jumat 21 Oktober 2022, Datacomm menyelenggarakan sebuah acara khusus bertajuk “Cloud Friday Dining” yang mengundang para mitra serta customer. Acara yang disingkat CFD ini merupakan bentuk komitmen Datacomm …
  • Mencegah Ransomware pada SAP
    Pada Rabu, 31 Agustus 2022 Datacomm Cloud Business (DCB) sebagai salah satu unit divisi dari PT Datacomm Diangraha kembali menyelenggarakan seminar. Kali ini topik yang dibawakan yaitu mencegah ransomware pada …