
Microservices merupakan topik yang hangat dibicarakan di dunia enterprise IT, hal ini terjadi karena alasan yang sangat jelas. Microservices menawarkan banyak keuntungan seperti kemampuan merubah kode pada sebuah service dengan lebih cepat dan efisien tanpa mempengaruhi service lain dalam sebuah aplikasi. Keunggulan lainnya adalah, layanan diatur sesuai dengan kemampuan bisnis, dan memberikan kesempatan kepada perusahaan untuk melakukan delivery secara kontinyu dengan lebih lancar.
Microservices sering digambarkan sebagai sebuah arsitektur software yang dibangun dengan membaginya menjadi bagian-bagian kecil, proses terpisah yang berkomunikasi melalui APIs. Meskipun layanan microservices relative mudah untuk digunakan, perusahaan terutama yang sedang melakukan pendekatan untuk transisi dari aplikasi monolitik menuju microservices harus menyadari bahwa microservices tidak serta merta mempuat kompleksitas menjadi hilang.
Area pengembangan software memang telah berubah dan pada akhirnya akan menghasilkan kesempatan juga pastinya akan melahirkan tantangan baru.
TANTANGAN PERTAMA MICROSERVICES: Bagaimana mengatasi perubahan pola deployment
Bagaimana perusahaan Anda keluar dari aplikasi monolitik yang membutuhkan puluhan bahkan ratusan steps untuk melakukan deployment berbagai komponen menuju cara baru seperti micrservices ?
Workflow tools, yang memetakan kebutuhan secara step by step tidak cocok dengan tantangan ini, karena didesain untuk merangkai set yang kompleks dengan satu deployment yang besar secara Bersama-sama. Tool ini tidak cocok untuk menghandle deployment kecil dengan jumlah yang banyak, ketergantuangan antar komponen, atau rilis yang bersamaan.
Untuk membuat arsitektur microservices, Anda memerlukan overview tunggal tentang dependensi deployment dan konfigurasi. Hal ini akan menawarkan keuntungan berupa kecepatan dan efisiensi yang cocok untuk delivery secara kontinyu.
TANTANGAN KEDUA MICROSERVICES: Bagaimana mengatasi dependensi antar layanan
Dalam lingkungan microservices, layanan individual mungkin memiliki banyak dependensi atau ketergantungan. Sejalan dengan arsitektur yang menjadi lebih kompleks dan lebih banyak komponen, hal itu menjadikan IT staff tidak mungkin lagi untuk melacak semua dependensi dan mencegah konflik tanpa adanya otomatisasi. Jika dependensi terlewatkan dan terjadi kegagalan sistem maka akan sulit untuk melacak dan mencari sumber masalahnya.
Karena itulah microservices memerlukan otomatisasi karena dengan otomatisasi akan mengurangi error dan meningkatkan efisiensi.
TANTANGAN KETIGA MICROSERVICES: Bagaimana menghindari kemacetan karena implementasi teknologi yang salah
Saat ini, banyak informasi yang beredar mengenai teknologi container, khususnya Docker yang merupakan solusi yang bagus untuk berbagai situasi. Namun tidak menutup kemungkinan untuk melakukan implementasi microservices dengan teknologi lain selain container. Karenanya Anda perlu untuk memastikan alat dan proses Anda bekerja dengan lancar terlepas dari teknologi implementasi yang mendasarinya.
Dengan pasar yang berkembang begitu cepat, adalah bijaksana untuk menjaga opsi implementasi Anda terbuka dan fleksibel sampai Anda dapat mendapatkan solusi terbaik yang cocok untuk perusahaan Anda.
Dapat disimpulkan bahwa otomatisasi, visualisasi , dan melakukan kordinasi atas perubahan menuju layanan independen dengan network yang lebih kompleks adalah tantangan utama dalam mendeliver microservices.
Jika kompleksitas tersebut sampai pada titik dimana tidak ada lagi yang bisa mengatasinya, perusahaan perlu menggunakan tools deployment dan rilis yang bisa mengatur berbagai hubungan antar komponen, yang artinya model delivery yang dirancang untuk menangani dependensi.
Datacomm Cloud Business memahami tantangan tersebut, jika perusahaan Anda mengalami kesulitan dalam melakukan implementasi microservices, segera hubungi Kami disini, kami akan bantu anda mengatasi berbagai tantangan dalam dalam implementasi microservices secara professional.
Sumber referensi : developer.com